MENTERI Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan aturan mengenai pelabelan atau nutri-grade kandungan gula, garam, dan lemak pada produk makanan dan minuman masih terus digodok. Ia membantah kabar beredar yang menyebut ada intervensi negara lain ihwal lambannya penerapan kebijakan ini.
"Tidak ada intervensi dari negara mana pun. Nutri-grade tetap kami proses," kata dia usai saat ditemui di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa, 9 September 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Nutri-grade merupakan sistem pelabelan di bagian depan kemasan yang dikembangkan oleh Singapura. Pelabelan ini dimaksudkan untuk mengkategorikan minuman dan makanan berdasarkan kandungan gula, lemak jenuh, dan natriumnya.
Biasanya, pengkategorian ditandai dengan sistem huruf dan kode warna, antara lain A (hijau tua) untuk kandungan paling sehat, hingga D (merah) untuk kandungan tertinggi. Sistem ini bertujuan untuk membantu konsumen membuat pilihan yang lebih sehat, serta mendorong industri untuk memproduksi makanan dan minuman dengan komposisi yang lebih sehat.
Menurut Budi, saat ini Kementerian Kesehatan masih terus menjalin komunikasi intens dengan Badan Pengawas Obat dan Minuman (BPOM) untuk menemukan formula yang tepat dalam menerapkan kebijakan tersebut. "Nutri-grade ini memang sedang kami proses bersama BPOM untuk bisa diterbitkan biar sehat," ujar dia.
Sebelumnya, rencana penerapan kebijakan ini diungkapkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi pada Maret 2025. Saat itu, ia mengatakan Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan (RPMK) untuk pelabelan (nutri-grade) kandungan gula, garam, dan lemak (GGL) pada produk makanan dan minuman sudah masuk tahap penyerapan aspirasi.
Dalam penyusunannya, kata dia, Kementerian Kesehatan melibatkan para pelaku industri. Ia menekankan bahwa aturan ini bukan ditujukan untuk membatasi para pengusaha, tapi lebih dimaksudkan sebagai edukasi untuk masyarakat atau konsumen.
"Ini bukan mandatory untuk penerapan GGL, atau nutri-grade-nya, melainkan lebih kepada edukasi yang kami berikan ke masyarakat," ujar Nadia sebagaimana dilansir dari Antara pada Rabu, 4 Maret 2025.