Pemimpin Bukan Malaikat: Saatnya Masyarakat dan Politisi Belajar Dewasa

17 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
 Saatnya Masyarakat dan Politisi Belajar Dewasa Mohsen Hasan A Pemerhati Sosial, Politik, Budaya & Isu Global, Dewan Pakar DPP Partai NasDem.(Dok. Pribadi)

RESHUFFLE kabinet yang baru saja diumumkan kembali menghadirkan riuh di ruang publik. Media sosial, ruang diskusi kampus, hingga warung kopi diramaikan komentar. Ada yang menyambut baik, tetapi lebih banyak yang menghujat. Seolah-olah keputusan Presiden sepenuhnya salah, dan seakan-akan masyarakat menuntut hadirnya pemimpin sempurna, tanpa cela, tanpa cacat.

Padahal, politik dan pemerintahan tidak pernah bekerja di ruang steril. Selalu ada kalkulasi, kompromi, pertarungan kepentingan, bahkan keterbatasan manusiawi. Menuntut kesempurnaan pemimpin sama saja dengan menuntut malaikat turun memimpin bangsa.

Menghujat Lebih Mudah daripada Memimpin

Fenomena penghujat di masyarakat bukan hal baru. Dalam psikologi sosial ini disebut negativity bias: kecenderungan manusia lebih cepat melihat kesalahan ketimbang kebaikan. Seorang menteri bekerja berbulan-bulan tanpa sorotan, tetapi sekali salah langkah, langsung menjadi bahan cemoohan.

Kritik tentu penting, bahkan mutlak diperlukan dalam demokrasi. Namun, ketika kritik berubah menjadi hujatan membabi buta, yang terjadi adalah hilangnya rasionalitas publik. Kita menjadi bangsa yang gemar mencari kambing hitam, bukan solusi.

Secara moral, menghakimi tanpa memberi jalan keluar adalah bentuk ketidakadilan. Kita lupa bahwa setiap kata hujatan bukan hanya melukai pribadi, tetapi juga meruntuhkan semangat kolektif bangsa yang sedang berjuang.

Ilusi Pemimpin Sempurna

Masyarakat sering lupa bahwa kesempurnaan hanya milik Tuhan. Para nabi dan rasul pun diuji, apalagi pemimpin politik yang manusia biasa. Dalam sejarah dunia, tidak ada satu pun pemimpin yang benar-benar sempurna. Soekarno dengan kharismanya, Mandela dengan kebijaksanaannya, Lincoln dengan keberaniannya—semuanya tetap menuai kritik keras di masanya.

Yang dibutuhkan bukanlah pemimpin tanpa salah, melainkan pemimpin yang:

Mau belajar dari kesalahan,
Rendah hati untuk mendengar kritik,
Konsisten menjaga integritas, dan
Berani mengambil keputusan meski tidak populer.

Moral politik mengajarkan bahwa yang kita perlukan bukan kesempurnaan, melainkan kejujuran dan niat tulus. Seorang pemimpin yang salah tetapi mau mengakui dan memperbaiki diri, jauh lebih mulia daripada pemimpin yang pandai menutupi kekeliruan.

Belajar Dewasa: Tugas Politisi dan Masyarakat

Politik adalah seni kemungkinan, bukan seni kesempurnaan. Reshuffle kabinet, misalnya, tidak pernah bisa menyenangkan semua pihak. Ada pertimbangan partai, ada kalkulasi kinerja, ada tekanan global. Politisi yang dewasa paham bahwa setiap keputusan punya harga, punya risiko, dan tidak semua bisa dijelaskan ke publik secara terbuka.

Sementara masyarakat yang dewasa seharusnya berhenti mencari malaikat dalam politik. Yang perlu dilakukan adalah mengawal, mengawasi, dan memberi masukan konstruktif. Demokrasi sehat lahir bukan dari hujatan, tetapi dari dialog kritis yang rasional dan bermoral.

Dari sisi moralitas bangsa, kedewasaan berarti berani menahan diri dari sikap apriori, dan mengubah energi kritik menjadi energi solusi. Dengan begitu, kita tidak sekadar menjadi pengamat, tetapi ikut bertanggung jawab membangun negeri.

Penutup: Politik yang Membawa Harapan

Pemimpin bukan malaikat. Mereka adalah manusia dengan segala keterbatasan. Namun, justru di situlah nilai perjuangan: bagaimana di tengah kekurangan, mereka tetap berusaha memberi yang terbaik.

Bagi akademisi, ini panggilan untuk memperkuat literasi politik agar publik tidak mudah terjebak pada emosionalitas. Bagi politisi, ini pengingat bahwa jabatan adalah amanah, bukan panggung pribadi.

Bagi kader partai, ini saatnya mengusung gagasan, bukan sekadar kursi.

Moral tertinggi dalam politik adalah keberpihakan kepada rakyat. Maka bangsa ini tidak butuh pemimpin sempurna, tetapi pemimpin yang jujur, berani, dan konsisten. Dan yang lebih penting, bangsa ini juga butuh masyarakat dan politisi yang dewasa—yang sadar bahwa perubahan besar lahir dari kerja sama, bukan hujatan. (H-3)

Read Entire Article