
PEJABAT senior Hamas, Khalil al-Hayya, disebut menjadi sasaran utama serangan Israel di Doha pada Selasa (9/9). Seorang sumber Hamas kepada Al Jazeera menyebut, serangan tersebut menargetkan tim negosiasi Hamas yang saat itu tengah mempertimbangkan proposal gencatan senjata terbaru dari Amerika Serikat.
Ini menjadi serangan pertama Israel di Qatar, sebuah negara yang selama ini berperan penting sebagai mediator pembicaraan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, sekaligus menjadi lokasi pangkalan militer AS terbesar di kawasan, Al Udeid Air Base.
Lalu, siapa sebenarnya Khalil al-Hayya dan apa perannya di Hamas?
Al-Hayya mengambil peran lebih besar dalam organisasi Palestina itu setelah terbunuhnya Ismail Haniyeh dan Yahya Sinwar tahun lalu. Kini, ia memimpin negosiasi gencatan senjata sebagai negosiator utama sekaligus bertindak sebagai kepala urusan Gaza yang berada di pengasingan di Doha.
Lahir di Gaza pada 1960, al-Hayya telah menjadi bagian dari Hamas sejak kelompok ini berdiri pada 1987. Ia juga kehilangan beberapa anggota keluarganya akibat serangan Israel. Pada 2007, serangan udara Israel menghantam rumah keluarganya di kawasan Sejaiyeh, Kota Gaza, menewaskan sejumlah kerabatnya. Selama perang antara Hamas dan Israel pada 2014, rumah anak sulungnya, Osama, dibom hingga menewaskan Osama, istrinya, dan tiga anak mereka.
Beberapa tahun terakhir, al-Hayya meninggalkan Gaza dan menetap di Doha. Di sana, ia menjadi salah satu figur Hamas paling berpengaruh di luar Palestina dan berperan penting dalam menjalin hubungan dengan negara-negara Arab serta dunia Islam.
Qatar Kecam Serangan Israel
Qatar mengecam keras serangan Israel yang terjadi di Doha pada Selasa (9/9), yang disebut sebagai percobaan pembunuhan terhadap pemimpin Hamas oleh militer Israel.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, menyebut serangan tersebut sebagai tindakan “kriminal” yang melanggar hukum internasional dan mengancam keamanan warga Qatar. Serangan itu menargetkan gedung hunian tempat beberapa anggota biro politik Hamas berada.
“Serangan kriminal ini merupakan pelanggaran nyata terhadap seluruh hukum dan norma internasional serta ancaman serius terhadap keamanan dan keselamatan warga Qatar dan penduduk Qatar,” bunyi pernyataan itu.
Kementerian Dalam Negeri Qatar menambahkan, situasi di Doha saat ini aman, sementara tim khusus tengah bekerja di lokasi serangan.
Militer Israel mengaku bertanggung jawab atas ledakan di ibu kota Qatar tersebut.
Dalam dua tahun terakhir, Israel telah menargetkan dan membunuh sejumlah pemimpin militer dan politik Hamas, termasuk pemimpin politik tertinggi Yahya Sinwar, komandan militer Mohammed Deif yang merupakan salah satu pendiri Brigade Qassam pada 1990-an, dan kepala politik Ismail Haniyeh yang tewas di Teheran, Iran.