JALAN TB Simatupang yang membentang dari Lebak Bulus hingga Kampung Rambutan menjadi salah satu kawasan titik kemacetan di Jakarta. Kawasan itu saat ini diisi oleh perkantoran dan area komersil sehingga ramai oleh mobilitas karyawan. Saat jam pulang kantor, kemacetan kerap terjadi karena tingginya volume kendaraan.
Penyebab kemacetan di TB Simatupang terjadi karena banyak faktor. Mulai dari material konstruksi pipa dan penggalian yang hampir setiap pekan terjadi. Pemandangan begini seakan-akan tak pernah sirna ketika pengendara melintasi jalan tersebut. Selain itu, kehadiran “pak ogah” atau masyarakat yang mengatur lalu lintas di persimpangan jalan turut menjadi penyebab dari kemacetan ini.
Gubernur Jakarta Pramono Anung telah mengetahui polemik kemacetan di Jalan TB Simatupang itu. Ia menilai kemacetan ini memang dipicu oleh pekerjaan konstruksi yang tak selesai-selesai di kawasan tersebut. Begitu pula dengan kehadiran Pak Ogah yang kini dilarang oleh Pramono di Jalan TB Simatupang.
Mayoritas dari proyek konstruksi di Jalan TB Simatupang itu dikerjakan oleh Pemerintah Pusat. Pramono mengaku akan bersurat kepada mereka untuk membantu mengurangi kemacetan ini. “Untuk mengkoordinasikan supaya bisa mengurangi kemacetan di TB Simatupang,” kata Pramono melalui akun Instagram pribadinya, dikutip Tempo pada Senin, 15 September 2025.
Trotoar Dipangkas
Solusi terkini mengatasi kemacetan di ruas Jalan TB Simatupang itu adalah dengan menjadikan trotoar sebagai jalur kendaraan. Solusi ini merupakan penanganan jangka pendek dan menengah hingga pemerintah menemukan formula yang jitu untuk mengatasi persoalan tersebut.
Wakil Koordinator Staf Khusus Gubernur Jakarta Yustinus Prastowo mengatakan kemacetan di TB Simatupang semakin hari kian parah. Sejumlah galian proyek nasional dan daerah, kata dia, masih beroperasi di kawasan ini. Beberapa proyek itu semisal galian Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) sepanjang 7 kilometer di Cilandak, dan proyek perpipaan Rumah Susun Tanjung Barat sepanjang 4 kilometer.
Pengalihan fungsi trotoar menjadi akses pengendara motor, kata Yustinus, termasuk solusi sementara yang bisa dipakai untuk saat ini. "Menggunakan sementara trotoar di area terdampak proyek untuk memperlebar ruas jalan, terutama di titik penyempitan (bottleneck), mengingat trotoar di lokasi tersebut saat ini belum dapat digunakan pejalan kaki," ujar Yustinus melalui keterangan tertulisnya Sabtu, 24 Agustus 2025.
Menggratiskan Tol saat Jam Pulang Kerja
Selain pemanfaatan trotoar jalan, Pemerintah Jakarta menggratiskan satu lajur paling kiri di Gerbang Tol Fatmawati 2 untuk mengurai kemacetan Jalan TB Simatupang. Kebijakan uji coba ini berlaku sejak Senin, 15 September 2025.
Adapun Gerbang Tol Fatmawati 2 yang digratiskan itu berlokasi di dekat Stasiun Mass Rapid Transit (MRT) Fatmawati Indomaret. Jalur tol gratis akan diberlakukan hingga exit tol Lebak Bulus, sekitar 1,6 kilometer arah timur dari Gerbang Tol Fatmawati 2.
Kepala Dinas Perhubungan Jakarta Syafrin Liputo mengatakan masyarakat yang ingin menuju Lebak Bulus dari Jalan Fatmawati dapat menggunakan tambahan lajur tol paling kiri Gerbang Tol Fatmawati 2 itu tanpa dipungut biaya. "Selain menggunakan jalan eksisting," kata Syafrin dalam keterangan tertulis pada Ahad, 14 Februari 2025.
Syafrin mengatakan kebijakan tambahan lajur tol itu tidak berlaku bagi kendaraan roda dua. Selain itu, kendaraan yang memiliki lebih dari empat roda, seperti truk besar, juga tidak bisa menggunakan kebijakan tol gratis ini.
Kebijakan tol gratis akan berlaku di jam pulang kerja. Uji coba tersebut akan dilangsungkan pada Senin, 15 September hingga Jumat, 19 September 2025 setiap pukul 17.00-20.00 WIB. "Merujuk kepada data Dishub DKI Jakarta terkait dengan volume kendaraan yang tinggi pada jam sibuk atau peak hours tersebut," ucap Syafrin.
Pilihan Editor: Ramai-ramai Menjadi Petugas Damkar Jakarta