
PADANG lamun bukan sekadar hamparan tumbuhan laut di pesisir. Di bawah permukaan air, tumbuhan ini mampu menyerap karbon dan menyimpannya di dasar laut dalam jangka waktu puluhan hingga ratusan tahun. Hal ini menjadikan lamun sebagai salah satu tumbuhan penting dalam menghadapi perubahan iklim.
Namun, ada tantangan besar. Ketika manusia membanjiri wilayah pesisir dengan kelebihan nutrien, terutama dari limbah, kondisi ini tidak hanya memengaruhi kualitas air, tetapi juga mengganggu kesehatan padang lamun.
Pertumbuhan dan Nutrien: Sebuah Keseimbangan
Untuk memahami dampak nutrien pada lamun, para ilmuwan melakukan penelitian selama sembilan tahun. Mereka mengamati apa yang terjadi ketika fosfor dan nitrogen ditambahkan ke ekosistem lamun.
Di perairan dangkal tropis yang umumnya minim nutrien, kondisi ini justru membuat lamun efisien dalam mengikat karbon. Saat diberi tambahan nutrien, tanaman ini merespons dengan pertumbuhan pesat: sistem akar semakin kokoh, lalu energi dialihkan untuk memperpanjang daunnya. Akar yang tumbuh cepat sekaligus mati lebih cepat, sehingga karbon tambahan masuk ke dalam sedimen.
Bahaya Nitrogen Berlebih
Namun, hasilnya tidak sepenuhnya positif. Ketika kadar nitrogen terlalu tinggi, para peneliti melihat lonjakan fitoplankton, alga mikroskopis yang melayang di air, sehingga cahaya matahari terhalang dan lamun terancam. Menurut Jacob Allgeier, profesor ekologi dan biologi evolusi di University of Michigan, banyak orang mengira nutrien berlebih langsung membunuh lamun.
Nyatanya, jika kadarnya tidak terlalu tinggi, nutrien hanya akan mendorong pertumbuhan lamun. Masalah muncul ketika kelebihan nutrien juga memperbanyak fitoplankton yang kemudian menutupi cahaya.
Penelitian Lapangan di Bahama
Untuk mengetahui lebih dalam, tim yang dipimpin lulusan doktoral Bridget Shayka melakukan penelitian langsung di padang lamun di Bahama. Shayka bersama mahasiswa sarjana lainnya memisahkan tiap bagian tanaman, daun, pelepah, akar, dan rimpang, lalu melakukan analisis laboratorium.
Bagian-bagian tersebut dikeringkan, dihancurkan, dan diuji kandungan nitrogen, fosfor, serta karbonnya. Dari sini ditemukan bahwa nutrien yang bersumber dari aktivitas manusia memberikan dampak lebih besar dibandingkan dari ikan. Tambahan nutrien dapat meningkatkan produksi lamun, tetapi jika terlalu banyak justru menjadi penyebab utama kerusakan ekosistem ini di seluruh dunia.
Tidak Hanya Nitrogen
Dalam percobaan lain, para peneliti menguji 21 kombinasi rasio nutrien pada botol berisi air laut dan fitoplankton. Tujuannya untuk mengetahui apakah rasio nitrogen dan fosfor lebih berpengaruh dibanding jumlah totalnya. Hasilnya mengejutkan: fosfor terbukti lebih kuat mendorong pertumbuhan lamun, sedangkan nitrogen justru menyebabkan fitoplankton berkembang pesat.
Ledakan alga ini menutupi cahaya yang dibutuhkan lamun untuk bertahan hidup. Menurut Allgeier, anggapan umum bahwa tanaman hanya butuh rasio sempurna nitrogen dan fosfor tidak berlaku dalam ekosistem lamun, karena hasil pengujian menunjukkan pola yang berbeda.
Masa Depan Lamun dan Penyimpanan Karbon
Meski menghentikan polusi nutrien sepenuhnya sulit dilakukan, penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan yang baik masih memungkinkan. Menurut Allgeier, kuncinya adalah mengendalikan limpasan nitrogen, terutama yang berasal dari limbah domestik dan pertanian.
Dengan begitu, lamun memiliki peluang lebih besar untuk tumbuh, menyimpan karbon, sekaligus bertahan hidup. Peran ini sangat penting, tidak hanya bagi ekosistem laut, tetapi juga untuk mitigasi iklim global. Walau sering kalah pamor dibanding terumbu karang dan hutan hujan, padang lamun sejatinya merupakan salah satu penyerap karbon paling efektif di alam. (earth/Z-2)