Liputan6.com, Jakarta Uli Hoeness kembali melontarkan komentar tajam terkait dinamika transfer musim panas ini. Presiden kehormatan Bayern Munich itu menegaskan klubnya tidak akan pernah mengeluarkan dana besar untuk satu pemain, setelah Florian Wirtz resmi bergabung dengan Liverpool.
Wirtz pindah dari Bayer Leverkusen dengan nilai £116 juta, sebuah rekor untuk klub Premier League tersebut. Bayern sempat berminat, namun memilih mundur karena enggan memenuhi banderol tinggi sang bintang muda Jerman.
Hoeness menyebut strategi belanja Liverpool, serta klub Premier League lain seperti Newcastle, sebagai bentuk transfer yang tak realistis. Ia bahkan mengibaratkan pasar pemain musim panas ini seperti permainan “Monopoly”.
Bayern Mundur dari Perburuan Wirtz
Meski mengakui kualitas Wirtz, Hoeness menegaskan Bayern tidak akan masuk perang harga. “Tentu kami ingin Florian Wirtz, tapi kami tidak pernah akan membelinya seharga 150 juta euro,” ujarnya.
Menurut Hoeness, Bayern puas dengan skuad yang dimiliki tanpa harus melakukan belanja besar. Ia menilai kekuatan inti tim sudah cukup untuk menghadapi musim baru.
Bayern akhirnya menutup bursa transfer dengan pengeluaran sekitar 75 juta pounds, sekaligus menyeimbangkan neraca lewat sejumlah penjualan besar.
Kritik untuk Premier League
Hoeness menyoroti perbedaan pendekatan antara klub Jerman dan Inggris. Ia menyebut Liverpool dan Newcastle sebagai contoh klub yang boros demi mendapatkan target mereka.
“Klub lain bermain Monopoly. Newcastle membayar besar untuk Nick Woltemade ketika kami juga tertarik. Itu bukan cara kerja Bayern. Kami tidak akan terbawa dalam permainan seperti itu,” tegasnya.
Bagi Hoeness, Bayern lebih memilih stabilitas keuangan jangka panjang ketimbang risiko dari transfer besar.
Strategi Kontras Bayern dan Liverpool
Liverpool berharap Wirtz bisa segera membuktikan kualitasnya meski awal musim berjalan lambat. Pemain 21 tahun itu digadang-gadang menjadi pusat proyek jangka panjang di bawah Arne Slot.
Bayern, di sisi lain, percaya dengan pendekatan yang lebih seimbang. Kehadiran Vincent Kompany di kursi pelatih menjadi faktor penting dalam mengoptimalkan skuad yang ada.
Dua strategi berbeda ini mencerminkan jurang finansial yang semakin lebar antara Bundesliga dan Premier League. Bayern mengandalkan efisiensi, sementara Inggris terus mendominasi pasar dengan kekuatan dana.