PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) berencana tetap membagikan dividen kepada pemegang saham, meski laba bersih anjlok sepanjang semester I 2025.
Laba bersih perseroan turun 92 persen menjadi Rp 39,97 miliar dari Rp 501,47 miliar pada periode yang sama tahun 2024.
Direktur Keuangan Semen Indonesia, Sigit Prastowo, menyatakan rencana tersebut masih dalam tahap pembahasan, termasuk terkait rasio dividen.
Menurut catatan Sigit, pada tahun 2024 perseroan memberikan deviden Rp 648,75 miliar dengan nilai per lembarnya Rp 96,2 dengan yield 3,7 persen.
“Kalau kita lihat di tahun 2025 ini, kita berencana untuk melakukan pembayaran dividen atas kinerja tahun 2024.,” jelasnya dalam Public Expose 2025 secara daring, Jumat (12/9).
Katanya, manajemen Semen Indonesia berkomitmen menjaga kepercayaan investor dengan tetap berupaya memberikan imbal hasil yang menarik.
Ia menjelaskan, perbaikan kinerja keuangan menjadi fokus utama agar dividen, baik dari sisi nominal maupun yield, bisa memberikan keuntungan optimal bagi seluruh pemegang saham, termasuk pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas.
Selain laba bersih yang turun tajam, pendapatan Semen Indonesia juga menyusut menjadi Rp 15,60 triliun pada semester I 2025, dibanding periode sama pada tahun 2024 sebesar Rp 16,41 triliun.
Beban pokok pendapatan relatif stabil di Rp 12,47 triliun, sedikit lebih rendah dari Rp 12,55 triliun pada semester I 2024.
Berdasarkan laporan keuangan, kontribusi terbesar pendapatan berasal dari pihak ketiga, terutama penjualan semen Rp 11,06 triliun dan terak Rp 1,83 triliun.
Adapun beton jadi Rp 620,86 miliar, bahan bangunan non-semen Rp 635,22 miliar, jasa konstruksi Rp 198,33 miliar, logistik Rp 157,40 miliar, kantong semen Rp 25,87 miliar, persewaan tanah Rp 24,99 miliar, dan lain-lain Rp 119,52 miliar. Dari pihak berelasi, pendapatan semen Rp 863,34 miliar, beton jadi Rp 49,73 miliar, dan pendapatan lain-lain Rp 13,34 miliar.
Overkapasitas dan Permintaan Menurun
Tekanan kinerja keuangan SMGR tak terlepas dari kondisi industri semen nasional yang masih mengalami kelebihan kapasitas produksi. Total kapasitas terpasang mencapai 122 juta ton per tahun, sementara realisasi permintaan domestik pada 2024 hanya sekitar 65 juta ton.
Di 2023, permintaan semen kantong mencapai 46,5 juta ton dan turun menjadi 45,1 juta ton pada 2024. Sementara semen curah relatif stagnan di kisaran 19 juta ton. Hingga semester I 2025, permintaan domestik hanya 20 juta ton untuk semen kantong dan 7,8 juta ton untuk semen curah.
“Ini menyebabkan utilisasi pabrik secara umum cukup rendah, dan persaingan juga terus ketat di pasar domestik,” ucap Sigit.