Tokyo (ANTARA) - Amerika Serikat pada Jumat (12/9) mendesak negara-negara anggota G7 untuk meningkatkan tekanan terhadap Rusia agar mengakhiri perang di Ukraina.
Tekanan itu mencakup kenaikan tarif secara drastis terhadap China dan India yang masih membeli minyak dari Rusia.
Desakan itu disampaikan dalam pertemuan daring para menteri keuangan G7 yang melibatkan Inggris, Jerman, dan Jepang, menurut Departemen Keuangan AS.
"Hanya dengan upaya bersama yang memutus sumber pendapatan mesin perang (Presiden Rusia Vladimir) Putin, kita bisa memberi tekanan ekonomi yang cukup untuk mengakhiri pembunuhan tak masuk akal ini,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) AS Scott Bessent dalam pernyataan bersama Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer.
Bessent meminta negara-negara G7 mengikuti langkah AS dengan mengenakan tarif pada negara yang membeli minyak Rusia, jika mereka benar-benar berkomitmen mengakhiri perang.
Pertemuan darurat itu digelar setelah Presiden AS Donald Trump tampak semakin frustrasi pada Putin.
Dalam wawancara dengan Fox News, Trump mengaku kesabarannya terhadap Putin "hampir habis" karena Presiden Rusia itu tidak menunjukkan keseriusan pada tawaran damai dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Batas waktu yang ditetapkan Trump bagi Putin untuk menanggapi usulan damai berakhir awal September.
Setelah pertemuan G7 itu, Menkeu Jepang Katsunobu Kato mengatakan para menteri membahas langkah-langkah mendukung perdamaian di Ukraina, tetapi enggan menanggapi usulan tarif AS.
"Kami menegaskan kembali pentingnya koordinasi G7," kata dia di Tokyo.
Menjelang pertemuan, seorang pejabat AS mengatakan bahwa Bessent akan mendorong Jepang dan anggota G7 lainnya untuk mengenakan tarif lebih tinggi kepada China dan India sebagai sanksi atas pembelian minyak Rusia.
Harian Financial Times melaporkan AS mengusulkan kenaikan tarif antara 50 hingga 100 persen.
Bulan lalu, Trump menggandakan tarif impor dari India dan China, dua mitra dagang utama Rusia. Namun, Jepang dan Uni Eropa dinilai sulit mengikuti langkah itu karena hubungan ekonomi yang erat dengan kedua negara itu dan risiko mendapatkan tindakan balasan.
G7 atau Kelompok Tujuh beranggotakan Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat, ditambah Uni Eropa.
Sumber: Kyodo-OANA
Baca juga: Para menlu G7 bertemu bahas Ukraina, China
Baca juga: G7 serukan semua negara agar kurangi impor energi dari Rusia
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.