Jakarta (ANTARA) - Depresi sering kali dianggap sekadar perasaan sedih atau lelah, padahal kondisi ini termasuk gangguan kesehatan mental yang bisa mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, hingga bertindak.
Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa gejala depresi sudah muncul sejak awal, sehingga penanganan-nya sering terlambat. Dengan mengenali tanda-tandanya lebih dini, kita bisa mengambil langkah tepat untuk periksa ke dokter dan mencegah kondisi semakin memburuk sekaligus menjaga kualitas hidup tetap seimbang.
Berikut ini adalah gejala seseorang mengalami depresi sejak dini, dan waktu yang tepat untuk periksa ke dokter, berdasarkan informasi yang telah dihimpun dari berbagai sumber.
Gejala depresi secara umum
Menurut penjelasan dari situs Rumah Sakit Mitra Keluarga, depresi dapat mempengaruhi setiap orang dengan cara yang berbeda, baik dari sisi pikiran, fisik, maupun perilaku.
Pada tahap awal atau gejala ringan, kebanyakan orang bahkan tidak menyadari tanda-tandanya. Namun, seiring waktu ketika kondisi semakin parah, biasanya muncul gangguan suasana hati yang sulit dikendalikan.
Baca juga: Depresi bukanlah aib, tidak perlu takut untuk berobat
Beberapa gejala depresi yang kerap ditemui antara lain:
• Kehilangan minat atau semangat pada aktivitas yang dulu disukai
• Perasaan bersalah, tidak berharga, atau cenderung pesimis
• Kesulitan untuk fokus atau berkonsentrasi
• Suasana hati yang terus murung, kosong, putus asa, atau disertai rasa cemas
• Mudah merasa lelah, lemah, lesu, hingga kekurangan energi
• Gangguan tidur, baik terlalu banyak maupun justru kurang tidur
• Timbul pikiran untuk menyakiti diri sendiri hingga keinginan bunuh diri
• Adanya perubahan pola makan
• Berat badan yang mengalami penurunan atau kenaikan secara drastis
Waktu yang tepat pergi ke dokter
Apabila gejala-gejala tersebut mulai dirasakan, penting untuk tidak mengabaikannya. Segera mencari bantuan profesional, seperti psikiater atau dokter spesialis kesehatan jiwa.
Melalui pemeriksaan, dokter dapat menentukan langkah penanganan yang sesuai, mulai dari konseling, terapi psikologis, hingga penggunaan obat-obatan bila diperlukan. Selain itu, dukungan dari keluarga, sahabat, serta menjaga pola hidup sehat juga berperan besar dalam proses pemulihan dan menjaga kesehatan mental tetap stabil.
Baca juga: 7000 langkah sehari tekan risiko penyakit jantung hingga depresi
Baca juga: Kadar kalsium tinggi selama kehamilan kurangi risiko depresi pada anak
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.